Ekonomi Politik dan Kewirausahaan di Indonesia

Zainorrahman

Authors

Zainorrahman Institut Kariman wirayudha

Keywords:

Ekonomi, Politik, Kewirausahaan, Nasionalisme Ekonomi

Abstract

Artikel ini mencoba mengembangkan analisis kritis terhadap konsep Ekonomi Politik dan Kewirausahaan di Indonesia. Tulisan ini menegaskan bahwa konsep Ekonomi Politik dan Kewirausahaan merupakan sebagai upaya untuk mengatur masyarakat sesuai dengan rasionalitas pasar dan gerakan untuk memastikan bahwa pasar bekerja untuk melayani kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, kebangkitan Ekonomi Politik dan Kewirausahaan selalu terletak dalam konteks politik-ekonomi tertentu. Menggunakan pengalaman Indonesia sebagai studi kasus, tulisan ini berpendapat bahwa kemunculan Ekonomi Politik dan Kewirausahaan sangat dipengaruhi oleh ideologi nasionalisme ekonomi. Dalam hal ini, Ekonomi Politik dan Kewirausahaan sebagian besar merupakan bagian dari strategi Presiden Jokowi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama dengan merangsang munculnya pengusaha lokal.

References

Drahokoupil, J. (2004). Re-Inventing Karl Polanyi: On the Contradictory Interpretations of Social Protectionism. Czech Sociological Review, 40(6), 835–849.

Dufays, F. & Huybrechts, B. (2014). Connecting the dots for social value: A review on social networks and social entrepreneurship. Journal of Social Entrepreneurship, 5(2), 214–237.

Evans, M. (2007). Mutualising cash-in-hand? Social enterprise, informal economic activity and deprived neighbourhoods. Local Government Studies, 33(3), 383–399. doi: 10.1080/03003930701289596

Global Entrepreneurship Monitor. 2009 Report on Social Entrepreneurship. (Rep.). (2012). Global Entrepreneurship Monitor. Special Topic Report: Social Entrepreneurship. (Rep.). (2015).

Hackett, M. T. (2012). The everyday political economy of social enterprise: Lessons from Grameen Shakti in Bangladesh (Doctoral dissertation, University of Adelaide, School of History and Politics, 2012). South Australia, Australia: The University.

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Volume 22, Issue 2, November 2018 of Adelaide. Retrieved from https:// digital.library.adelaide.edu.au/dspace/ bitstream/2440/83217/8/02whole.pdf.

Johanisova, N., Crabtree, T., & Fraňková, E. (2013). Social enterprises and non-market capitals: A path to degrowth? Journal of Cleaner Production, 38, 7–16. doi: 10.1016/j. jclepro.2012.01.004

Jokowi-Jusuf Kalla. (2014). Jalan perubahan untuk Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian: Visi misi, dan program aksi Jokowi, Jusuf Kalla, 2014. (2014). Jakarta: Seknas Jokowi.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2015). Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal [Press release]. Retrieved from https://www. kemenkeu.go.id/sites/default/files/kp_ kemppkf_280515.pdf

Kementerian PPN/Bappenas. Paket Kebijakan Ekonomi Jilid 1-16.

Kistruck, G. M., & Beamish, P. W. (2010). The interplay of form, structure, and embeddedness in social intrapreneurship. Entrepreneurship Theory and Practice, 34(4), 735–761. doi: 10.1111/j.1540-6520.2010.00371.x.

Roy, M. J., & Hackett, M. T. (2017). Polanyi’s ‘substantive approach’ to the economy in action? Conceptualising social enterprise as a public health ‘intervention.’ Review of Social Economy, 75(2), 89–111. doi: 10.1080/00346764.2016.1171383

Seelos, C., Mair, J., Battilana, J., & Dacin, M.T. (2010). The embeddedness of social entrepreneurship: understanding variation across local communities. (No. 858, Working paper). IESE Business School.

World Economic Forum. (2016a). Social Innovation: A Guide to Achieving Corporate and Societal Value.

World Economic Forum. (2016b). Breaking the binary: policy guide to scaling social innovation.

World Economic Forum. (2017). Beyond organizational scale: how social entrepreneurs create systems changes.